Pagi yang cerah dan sayang untuk di lewatkan. Mentari pagi bersinar dengan terangnya. Udara segar pun berhembus. Hari ini hari pertama masuk sekolah semester kedua. Seteleh dua minggu libur puas. Ya, aku kangen sahabatku tercinta. Syhanaz, Rania, Nissa dan Rangga. Mereka menungguku di sekolah. Mereka pasti marah-marah karena aku datang telat.
"Pak, ayo dong !! Aku terlambat nih !?" teriakku dari dalam mobil. Sempatnya Pak Agung masih berbicara dengan Papa.
"Sebentar sayang, papa sedang bicara dengan Pak Agung " sambung Papa yang masih serius berbicara dengan Pak Agung.
"Udah deh, aku naik sepeda aja !" jawabku segera turun dan langsung pergi mendayung.
"Meisyaa, tunggu !!" aku mengacuhkan Papa. Kalau aku menunggu, bisa-bisa aku telat di hari pertama masuk sekolah.
Sampainya di sekolah, segera aku memarkin sepeda. Tepat sekali, saat masuk kedalam gerbang, bel telah berbunyi. Benar dugaanku, mereka menunggu di depan kelas dengan melipat kedua tangan mereka. Mereka pasti marah.
"Maaf sobat, aku terlambat.." ucapku menyesal. Namun secara tiba-tiba mereka tersenyum lalu memelukku bersamaan.
"Aku merindukanmuuu,," mereka berteriak sekeras mungkin sampai kami menjadi bahan perhatian oleh semua siswa. Kami tertawa bersama. Di kelas kami masih saja membuat keributan, sampai akhirnya Rangga si cowok termanis di persahabatan kami.
"Hai Rangga,," sapa kami bersamaan dan melambai tangan padanya. "Oh yaya,, kalian terlalu menyukaiku."
"Benarkah ?"
"Ya, kalian terlalu mencintaiku ! Kalian nggak kangen sama aku ?"
"Kangen nggak yaaa ???" kami kompak untuk membuatnya bingung. Tertawa melihat ekspresi wajahnya yang menggemaskan. "Aku kangen kok sama kamu !!" sambungku. Mereka tertawa, Rangga cengar-cengir tertawa karena malu. "Eh eh, sstttss,, ada Ratu sejagat lewat !" kata Nissa melihat Salsa. Ini cewek paling narsis di sekolah. Kami tau dia paling kaya di sekolahan dan apalagi dia itu saudara sepupunya anak kepala sekolah. Untung saja anak kepala sekolah tidak bersekolah di sini. Jadi kenarsisan dia itu bisa sedikit agak terkontrol. Sebenarnya Salsa ini dulunya termasuk dalam bagian persahabatan kami. Tapi karena sifatnya yang buat kami menjadi jengkel dan sama sekali tidak menyukainya, kami tidak berteman lagi dengannya. Kami menjauhinya dan jadilah seperti ini. Ku pikir, kalau tidak ada dia di persahabatan kami, kami menjadi tenang. Dan itu benar. "Hai Rangga, apa kabarmu ?" kami kaget melihat Salsa menyentuh pundak Rangga lalu merangkulnya. Perasaanku sangat tidak enak melihat pemandangan ini. "Oh, aku baik Salsa. Kamu apa kabar ?"
"Baik sayang ! Aku ingin mengajakmu ke kantin. Ayo,," sayang ?? Dan Rangga mau saja di ajak oleh nenek sihir itu ? Oh nggak mungkin ! "Rangga, kamu mau kemana ?" Tanya Rania. "Kamu nggak dengar, dia ingin mengajakku ke kantin ?" jawabnya enjoy dan sama sekali nggak merasa kalau kami nggak suka dia dekat dengan Salsa. "Ya sudah, pergi sana ! Dan jangan harap satu hari ini kamu bisa gabung sama kita !!??" ujar Syhanaz. Mereka langsung pergi. Ini membuatku sakit.
****
Istirahat pertama aku tidak bergabung pada Rania dan Syhanaz. Mereka masih asyik makan di kelas. Aku dan Nissa duduk di koridor sekolah. Aku hanya melamun dan tak bisa berkata apa-apa. "Kamu kenapa Cha ?"
"Kamu nggak liat tadi dia deket sama Salsa ?"
"Iya! Aku liat. Jangan sedih Chacha. Si nenek sihir itu memang sangat gatal banget!" ucap Nissa.
"Tapi ??"
Tanpa kami ketahui, Rangga datang dan berdiri di depan kami. Nissa meninggalkanku bersama Rangga. Dia duduk di sebelahku dan memandangiku. "Jangan memandangiku !"
"Memang kenapa ? Tidak boleh kalau memandangi wajah sahabatku ?" ya, dia masih menganggapku sebagai sahabat. "Oh ya Cha, kamu tau nggak, sebenarnya Salsa itu baik loh ! Ternyata dia itu orangnya asik banget !!" ucapnya dengan mantap. "Oh, kamu suka sama dia ? Kenapa nggak tembak dia aja ?" tanyaku ketus dan melihatnya sembari menaikkan alisku. "Niatnya sih begitu. Maunya sih ntar malam aku mau nembak dia " rasanya seperti di tusuk. Cowok ini sama sekali tidak merasakan. Sudah enam tahun kita bersahabat Rangga, tapi kenapa kamu nggak ada rasa sama aku?
"Kamu kenapa ? Kok hidungmu merah ? Kamu menangis ?" dia menggenggam tanganku. Aku langsung menepisnya. "Mau tau saja !" jawabku menghusap air mataku yang belum sempat jatuh ke pipi. "Siapa yang menyakitimu ?"
"Seseorang !"
"Siapa?"
"Cowok yang nggak tau apa isi perasaanku. Dan seenaknya saja dia lebih memilih cewek lain daripada aku." Rangga terdiam melihatku. "Siapa dia ?"
"Dia cowok yang nggak bisa ngerti perasaanku. Cowok bodoh yang enaknya aja deket ama cewek. Cowok playboy yang nggak tau malu !"
"Kamu bilangin siapa ?"
"Tetangga aku yang nyebelin !" jawabku lalu pergi meninggalkannya. Air mataku akhirnya menetes. Sahabatku kaget karena aku datang-datang menangis terisak. Mereka memelukku lalu memberikanku segelas air. "Kamu kenapa ?" Syhanaz bertanya dengan penuh heran. "Dia menyukai Salsa ?"
"Apa ?! Nggak mungkin ! Dia nggak mungkin menyukai Salsa ?!" Rania marah.
"Ya. Dia sendiri yang bilang padaku. Dan nanti malam dia akan menyatakannya pada Salsa." Air mataku semakin menetes. Nissa berusaha untuk menghusapnya dan mengelus pundakku. "Nggak bisa di biarkan. Mana si nenek sihir itu?" Rania berdiri dan ingin mencari Salsa. Namun cewek itu muncul dari depan pintu. Rania langsung menariknya. "Hey, apa yang kalian lakukan?"
"Dengar ya Salsa, kamu nggak bakal bisa ngerebut Rangga dari kita ataupun Meisya. Dia itu sahabat kita dan jangan sekali-kali kau meracuni pikirannya." kata Rania membentak. "Kalian sudah gila? Siapa yang meracuni otak Rangga? Lagipula kenapa kalian melarangku untuk menyukainya? Dia menyukaiku? Kami sama-sama menyukai? Jadi apa salah. Kalian saja yang terlalu heboh dengan masalah ini !"
"Oh, kamu pikir Rangga suka sama kamu !?"
"Jelas dong ! Dia lebih memilih aku dari pada teman kalian si Meisya itu. Mana mau dia sama Meisya ? Dia lebih memilih aku daripada Meisya ?" air mataku seketika berhenti. Berhentilah menangis Cha, ini tidak menyelesaikan masalah. Lebih baik bicaralah dengan Salsa dengan baik pula. "Maksudmu apa? Dia menyukaimu, Salsa ?" tanyaku. "Ya, jelas ! Dia menyukaiku. Jadi jangan harap kamu bisa dapatkan Rangga. Dia bilang padaku, kalau dia sudah bosan bersahabat dengan kalian, karena kalian terlalu cerewet !!" ujarnya. Spontan saja Rania menamparnya. Aku tau kriteria sahabatku ini kalau dia sudah tidak mood dengan orang di depannya, dia langsung saja memukulnya. Di waktu bersamaan Rangga datang dan marah-marah pada kami. "Apa yang kalian lakukan ?? Seenaknya saja kalian menampar Angela ! Rania, kamu keterlaluan. Dan kalian semua tidak sopan pada Salsa. Kalian kira tidak sakit di tampar ?" tidak biasanya Rangga marah-marah begini. Aku kaget dan tak berkedip melihatnya. "Lain kali kalau aku melihat kalian melukainya, kita bicara serius !!" ujar Rangga lalu pergi sembari merangkul Salsa. Makan hati. Aku tidak terima dengan semua ini. Ini tidak adil.
"Kalian dengar apa yang di katakannya barusan ? Ini tidak bisa di biarkan ! Otaknya sudah di cuci oleh nenek sihir itu. Nggak bisa di biarkan !!" Nissa marah-marah sendiri. Aku hanya bisa diam dan bertekad untuk tidak berbicara dengan Rangga di beberapa hari kedepan. Jujur ini sangat sakit. Dia lebih memilih cewek nggak jelas dari pada kami sahabatnya yang sudah enam tahun selalu bersama. Ini sangat menyedihkan.
Malam ini aku hanya sendiri di rumah. Semuanya pergi dan belum pulang sampai jam delapan malam. Karena bete, aku pergi dengan mobil pribadi. Lebih baik ke toko buku, mencari buku pendidikan, novel ataupun komik. Kegiatan ini lebih baik kan daripada nggak tau mau lakuin apa di rumah sendirian.
Sampainya di toko buku, aku langsung mencari buku yang ku perlukan. Sebagian buku pendidikan dan novel. Selesai berbelanja buku, aku pergi ke toko roti dekat dengan toko buku. Memesan makanan dan duduk santai sambil membaca novel. Tidak lama aku membaca novel, mataku tertuju pada sesuatu yang membuat pemandangan sangat tidak menarik. Rangga dan Salsa datang bergandeng tangan dan duduk bersama. Salsa sepertinya tau keberadaanku di sini, sebab itu dia terus tertawa dengan Rangga. Oh, sangat menyebalkan. Secepat mungkin aku menyusun buku lalu pergi dari sini. Ini membuatku kesal dan tak bisa menyetir dengan baik. Namun sekuat tenaga menyetir dan akhirnya sampai kerumah. Ku rebahkan tubuhku dan berharap hari esok menyenangkan di sekolah. Dan semoga saja aku tidak bertemu dengan dua makhluk yang sekarang membuatku sangat kesal pada mereka.
****
Pagi ini di sekolah kami tidak lagi bergabung dengan Rangga. Dia lebih asyik bersama dengan Salsa. Beberapa hari ini batang hidung Rangga tidak lagi nampak di depan ku ataupun sahabatku yang lain. Dia benar-benar menghilang ?? Aku takut kalau Rangga rusak deket sama nenek sihir itu. Seharusnya dia tidak boleh menyukai Salsa. Biarpun dia tidak menyukaiku, tapi dia harus menyukai gadis lain selain Salsa. Aku akan sedikit memberika persetujuan padanya. Tapi kalau sama Salsa, setengah saja pun aku tidak memberikan persetujuan.
Di koridor sekolah aku dan sahabatku berkumpul. Kami bersama-sama membaca komik milik kami masing-masing. Tapi sayangnya aku lagi nggak mood baca komik. Jujur, aku masih terus khawatir dengan keadaan Rangga. Apa dia baik-baik saja? "Cha, kamu kenapa ? Mikirin apa sih ?" tanya Nissa. "Mikirin Rangga pastinya," sambung Syhanaz tanpa memalingkan wajahnya. "Kan udah aku bilang, jangan pikirin cowok kayak dia. Dia itu khianatin persahabatan kita. Dia lebih memilih nenek sihir itu daripada kita sahabatnya. Dan kamu jangan lagi deh punya rasa sama dia. Seumur hidup, dia cowok yang udah khianatin persahabatan kita." tutur Rania dengan wajahnya yang kesal. "Ya, aku tau kalian membenci Rangga sekarang ini. Tapi aku yakin dia pasti ada maksud tertentu."
"Nggak ! Intinya dia itu udah jahat ke kita. Buktinya dia lebih memilih nenek sihir itu dari pada kita, sahabatnya sendiri !" Rania sudah sangat kesal. "Iya, aku tau sobat ! Tapi yakin deh, dia pasti ada maksud tertentu giniin kita semua .."
Kami semua terdiam. Tiba-tiba Rangga datang dengan wajahnya yang masih imut-imut. "Ngapain kamu kesini ? Ada perlu ya sama kita ?" tanya Rania ketus. "Kamu kok gitu sih Ran ? Aku nemuin kalian karena aku mau minta maaf. Selama ini aku salah udah ninggalin kalian ! Maaf ya sobat, aku memang jahat." ucap Rangga dengan wajahnya yang membuatku geli. "Oh, baru sadar ! Baguslah !"
"Aku tau kalian marah padaku. Kalian boleh kok menghukumku .. Aku akan ngelakuin apapun yang kalian minta, pasti aku turuti. "
"Nggak perlu Rangga ! Kita udah maafin kamu kok."
"Benarkah ?"
"Iya ! Lagian kenapa sih kamu deketin si nenek sihir itu ?" tanya Syhanaz penuh heran. "Aku deketin dia karena aku mau tau kenapa kalian para gadis jauhi dia. Sekarang aku tau, ternyata dia memang nggak baik. Dia itu playgirl ternyata. Malu-maluin banget, pas aku lagi makan sama dia, masa cowok-cowok datang rame-rame minta tanggungjawab dia ? Wah, aku kaget dong ! Untung aja bisa di selesaikan dengan kepala dingin. Kalau nggak .."
"Iya ! Aku cuman nyumbang seribu buat kamu, nggak lebih !" sambung Nissa. Kami tertawa, Rania pun tertawa mendengar kata-kata yang di ucapkannya barusan. "Jahat banget sih Nissa. Ya udah deh, kalian maafin aku kan ?" kami mengangguk mantap. Tiba-tiba saja Rangga memelukku. Aku kaget menerima respon darinya. Dan dia menggenggam kedua tanganku lalu menatapku penuh arti.
"Maaf, aku sudah menyakitimu. Selama ini aku berbohong. Aku mengujimu dengan berbicara kalau aku menyukai Salsa. Ternyata respon mu kemarin cukup yakin membuktikan kalau kamu memang nggak suka aku menyukai Salsa ? Iya kan ?" aku hanya mengangguk. "Dan sekarang aku sadar dan aku yakin, kalau aku suka sama kamu. Sebenarnya sih udah lama, tapi hari ini diriku punya nyali buat nyatainnya." aku tertawa mendengarnya. "Bagaimana ?" sesaat aku terdiam. Melihatnya sembari tersenyum. Melirik sahabatku yang ikut cengar-cengir melihat kami. "Baiklah. Aku menerimamu." spontan dia langsung memelukku. Kami mulai beraksi. Membawanya pergi ke taman dan membasahinya. Ini kegiatan kami tiap kali kalau kami selalu berbuat kebohongan ataupun ada yang berbahagia. Sekarang aku senang, akhirnya Rangga kembali padaku. Dugaanku salah kalau dia menyukai Salsa. Sekarang kami tau, kalau Salsa memang tidak cocok dengan persahabatan kami. Persahabatan kami lancar tanpa ada gangguan dari seorang pun.
HIDUP PERSAHABATAN.